Musik Tradisi, antara selera dan kebutuhan Skip to main content

Musik Tradisi, antara selera dan kebutuhan

Musik Tradisi, antara selera dan kebutuhan

Beberarapa waktu lalu saya berbincang tentang perkembangan musik tradisi Kalimantan Barat dengan seorang teman. Salah satu masalah yang menjadi ketakutan para penggiat seni musik tradisi adalah nasib musik tersebut ke depannya. Apakah musik itu akan tetap bertahan, atau tergerus perkembangan zaman.

Sekilas pembeciraan itu hanya selingan diantara pertemuan. Namun pada sisi lain, permasalahan itu selalu muncul dan tidak pernah terselesaikan. Apalagi ketika melihat perkembangan musik tradisi di era global seperti sekarang ini. Salah satu faktornya adalah masuknya berbagai unsur kebaruan yang dibawa oleh seniman kedalam musik tradisi, hingga menghilangkan ciri khas musik tradisi itu sendiri. Alasannya adalah pengembangan dalam berkreatifitas. 

Perkembangan musik tradisi itu tidak mutlak karena perkembangan jaman. Namun perkembangan jaman akan merubah selera dan kebutuhan masyarakat. Kebutuhan itu berubah sejalan dengan berubahnya selera masyarakat. Dulunya masyarakat hanya mengenal jonggan sebagai hiburan, karena sekarang adanya televisi dan handphone yang bisa menyuguhkan berbagai akses kemudahan hiburan, akhirnya selera masyarakat mulai berubah.

Sentuhan hal baru itu menimbulkan rasa penasaran dan mulai dijadikan kebutuhan baru. Lambat laun masyarakat menjadi terbiasa, merasa enak, dan merasa cocok dengan selera yang berakibat merubah cara pandang terhadap tradisi lama yang dianggap tidak dapat memenuhi selera dan kebutuhan mulai ditinggalkan. Begitu juga berubahnya musik tradisi karena selera dan kebutuhan yang berubah, sementara perubahan jaman tidak banyak meninggalkan bekas, kecuali kalau kita mau melihat dan mengkaji puing-puing keberadaan musik tradisi itu diantara reruntuhan kejayaannya.

Perubahan selera dan kebutuhan akan menimbulkan perubahan persepsi terhadap musik tradisi. Awalnya musik tradisi itu dianggap sakral dan dianggap mempunyai nilai budaya yang agung dan terhormat dimata masyarakat. Nilai kesakralan musik tradisi yang awalnya terjaga, mulai berubah karena ada beberapa budaya religi sudah ditinggalkan. Alasannya karena bertentangan dengan agama atau sudah tidak dibutuhkan lagi. 

Dulu masyarakat masih melakukan beberapa ritual adat yang didalamnya mengandung musik tradisi. Sekarang beberapa ritual itu sudah tidak dilaksanakan lagi, sehingga musik tradisi yang ada dalam ritual tersebut juga tidak pernah dimainkan lagi. Lambat laun musik itu tidak lagi dianggap penting dan tidak dianggap sakral lagi, akhirnya ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri.

Salah satu ritual yang kini sudah mulai ditinggalkan adalah ritual Baliatn yang mana didalamnya banyak musik tradisi dimainkan. Setelah berkembangnya jaman, kebutuhan mulai bertambah, ritual baliatn sudah jarang dilaksanakan dan akhirnya ditinggalkan. Mengingat beberapa syarat yang memberatkan dan dianggap tidak efektif. 

Contoh kasus hilangnya musik tradisi terdapat pada ritual Baliatn Barobat yang jarang dilaksanakan karena syarat yang dianggap susah dan memberatkan. Mengingat biaya yang cukup tinggi dan masyarakat lebih memilih jalan terbaru dengan berobat ke balai pengobatan, seperti puskesmas atau rumah sakit. Akhirnya musik yang ada dalam ritual baliatn itu ikut tenggelam dan lambat laun dilupakan oleh masyarakatnya.

Fenomena perkembangan jaman memang tidak secara langsung berimbas pada musik tradisi. Namun berimbas pada perubahan selera dan kebutuhan masyarakat. Perubahan selera dan kebutuhan inilah yang lambat laun akan merubah keberadaan musik tradisi. Perlahan tapi pasti. Apalagi jika tidak adanya penanggulangan secara dini, sudah dipastikan musik itu akan hilang nantinya.

Nasib musik tradisi di Kalimantan Barat tidak serta merta akan hilang karena perubahan selera dan kebutuhan. Namun perubahan selera dan kebutuhan itu akan membawa musik tradisi pada perubahan bentuk. Musik tradisi yang dianggap tidak cocok lagi dengan selera kekinian atau dianggap kuno mulai ditata ulang. Unsur-unsur kebaruan dijejalkan dalam musik tersebut dengan alasan perkembangan kreatifitas. Lambat laun musik tradisi itu akan berubah dalam wajah baru yang kadang kita sendiri tidak mengenalinya lagi.

Penataan ulang musik tradisi biasanya berbasarkan kebutuhan, baik itu dengan alasan selera yang dimodernkan atau kebutuhan musik sebagai iringan. Contoh kasusnya untuk kebutuhan iringan tari Dayak kreasi. Kebanyakan penggarap hanya berpijak pada penyesuaian musik terhadap gerak, namun melupakan esensi bunyi. Ditambah lagi karena kurangnya pengetahuan akan pola musik tradisi, akhirnya seniman kebanyakan hanya mengolah yang baru tanpa mengetahui pijakan tradisi aslinya.

Lambat laun fenomena ini akan dijadikan sebuah kebenaran dalam berkreasi, akhirnya musik tradisi itu kehilangan jejak dan asing ketika disajikan. Bagi pemuja perkembangan akan menganggap itu suatu upaya modernisasi, namun bagi budayawan akan membacanya sebagai penghilangan jejak tradisi. Hal inilah yang jarang sekali disadari. Jika ada kesadaran, namun akan dipaksakan menjadi sebuah kebaruan yang sebenarnya akan menghilangkan musik tradisi itu sendiri.

Kadang kita terlalu naif melaksanakan konservasi budaya musik tradisi melalui sanggar-sanggar seni. Namun kita melupakan tujuan dari pelestarian itu sendiri. Memang pelestarian itu mencakup pemeliharaan dan pengembangan, namun bukan pengembangan yang membabai buta sampai menghilangkan esensi nilai keasliannya. Saya tidak mentabukan perkembangan dalam musik tradisi karena itu sebuah keharusan. Namun jangan sampai yang kita bilang perkembangan dalam berkreatifitas malah menghilangkan secara keseluruhan ciri khas musik tradisi.

Kita tidak pernah menyingkirkan perkembangan karena itu kebutuhan dan sejalan dengan perkembangan jaman. Kita juga tidak mengharamkan menambahkan unsur budaya apapun yang berkembang sesuai kebutuhan penggarapan. Namun setidaknya kita harus jujur, bahwa perkembangan bukan membunuh musik tradisi dengan berbagai alasan kreatifitas. Karena seorang seniman tradisi akan memahami esensi nilai yang akan dituju, bukan tersesat dalam keangkuhan perkembangan jaman.

Akhir obrolan saya dengan teman, jangan pernah takut akan matinya musik tradisi, karena dia akan mencari jati dirinya sendiri sesuai perkembangan jaman. Yang perlu kita lakukan adalah berkarya tanpa memperkosa esensi nilai yang ada dalam musik tradisi. Karena kita tau, bahwa keindahan tidak melulu tentang perubahan. Adakalanya kita rindu dengan bunyi dan vokal purba ditelinga kita. Jangan pernah takut ditinggalkan jaman jika kamu masih berpegang pada keaslian, karena sesungguhnya kita membangun peradaban dalam perkembangan jaman.


Mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar