Ruang Khayali dalam Retrospeksi Lim Sahih Skip to main content

Ruang Khayali dalam Retrospeksi Lim Sahih

Ruang Khayali dalam Retrosepksi Lim Sahih

Melihat lukisan itu mempunyai berbagai perspektif yang akhirnya melahirkan berbagai persepsi. Berbagai persepsi itu akan dibentuk oleh berbagai opini. Keliaran opini adalah penjiwaan yang teramat binal untuk ditelaah sebagai sebuah teks pengantar karya, bahkan lebih susah dibaca sebagai wacana formal terhadap rumitnya pemikiran senimannya sendiri.

Saya yakin pengantar tulisan diatas akan dibaca sebagai basa basi untuk masuk dalam ruang diskursif tanpa ujung. Karena ketika saya ingin mempersepsi dalam dimensi logika berbeda, sesungguhnya saya agak ragu, takut terjebak dalam ruang definitif dan tersesat dalam opini saya sendiri. Saya tidak mau mengajak rekan-rekan, terutama istri saya yang lebih memahami dunia seni rupa, ke dalam sempitnya persepsi mengenai koridor alam khayali yang kebanyakan orang dianggap absurd. Walau saya yakin, bahwa saya sebagai penyaksi lukisan karya Lim Sahih di Port 99 Pontianak adalah subjek dimensi pikir yang berbeda dengan kebanyakan. 

Dimensi pikir yang berbeda itu timbul ketika saya diantar memahami kata RETROSPEKSI sebagai sebuah perhentian dari rutinitas berkarya dan melihat kembali (kebelakang) makna yang selama ini tertuang dalam 49 lukisan Lim Sahih. Saya disodorkan kepada arti transkrip pengalaman yang masuk dalam ruang imaji. Sebuah nostalgia yang “disangka” menjadi stimulus karya Lim Sahih. Seakan seperti daftar hadir potongan demi potongan stimulus berkarya dan seorang Lim Sahih hanya merangkainya. 

Saya membaca karya Lim Sahih bukan hanya membuat objek, namun dia berusaha melibatkan dirinya dalam setiap cerita. Lim Sahih bukan saja sebagai penyaksi kejadian, namun dia berusaha menjadi pelaku, walau logika fiksi harus disadari sebagai bagian lain untuk menampilkannya dalam ruang rupa. Dia menysusun potongan-potongan cerita itu dengan sangat hati-hati, terlihat dari berbagai bentuk dan warna yang dipilih, dapat menyatu dalam komposisi estetik. Hanya satu mungkin yang tertinggal, sebuah rekayasa kenangan yang masih dicari oleh seorang Lim Sahih

Ruang Khayali dalam Retrosepksi Lim Sahih

Sekilas lukisan Lim Sahih seperti merangkai potongan memori masa lalu, menjadikannya sebuah objek dengan komposisi warna bertentangan karena ada ketidak utuhan cerita dengan apa yang ingin disampaikan. Pada sisi lain, kebanyakan lukisan dekoratif Lim Sahih adalah ruang kosong yang terisi dengan bentuk baru secara simetris, karena ingin melahirkan keseimbangan lahiriah. Walau pada akhirnya akan membicarakan juga sisi kegagalan bentuk yang tidak bersinggungan dengan keinginan. 

Keinginan Lim Sahih adalah keharmonisan yang pada kenyataannya harus tidak harmonis ketika fakta itu terjadi. Namun seorang lim sahih berhasil membuat keseimbangan warna yang membentuk proyeksi kebaruan. Sehingga alam imajinasi pengunjung akan membacanya sebagai suatu pengalaman baru, walau dalam benak beberapa seniman akan dibaca lain dari kebanyakan orang biasa.

Ruang Khayali dalam Retrosepksi Lim Sahih

Kebaruan inilah yang saya anggap sebagai ruang khayali para penyaksi karya, dan semua itu sanggup membuat pengunjungnya terkagum-kagum dalam petualangan alam khayali tentang sebuah perjalanan Lim Sahih. Pengunjung membaca keseluruhan karya sebagai seorang arkeolog yang ingin menggali artefak konsep pada kedalaman ide karya. Mereka merasa ada geliat kebaruan dari petualangan ruang, bentuk, dan warna. Semakin lama mereka membaca makna, semakin jauh petualangan khayali dilambungkan. Itulah yang membuat pengunjung selalu merasakan kebaruan dari karya yang disuguhkan.

Ketika saya mencoba menterjemah dalam pemikiran berbeda tentang pameran tunggal Lukisan Lim Sahih diluar bingkai retrospeksi, saya akhirnya tersenyum. Saya sadar akan konyolnya imajinasi saya dan itu yang membuat saya sadar ketika saya melihat istri saya mulai membaca karya, mulai menjabarkan dimensi purba yang bagi saya juga menggelitik untuk diretrodiksi dalam wajah baru. Segala kebaruan itu adalah kebaruan dari keingan dan alam khayali Lim Sahih sendiri, yaitu bagian dari petualangannya selama ini, namun tidak berhenti hanya sekedar membaca ulang perjalanan. Dia mencoba melibatkan diri pada semua fenomena, lalu menjadikannya sebagai bagian dari kehidupannya.

Ruang Khayali dalam Retrosepksi Lim Sahih

Saya sadar kalau ini adalah keliaran alam khayali saya. Kanapa saya katakan alam khayali, karena saya tidak mau terjebak persepsi umum. Saya hanya mau membaca pada ruang dan dimensi akal berbeda walau saya yakin banyak yang menganggapnya susah dicerna dan sangat absurd.

Sejenak saya terdiam sambil berkata:

Sebenarnya semua lukisan Lim Sahih dalam pameran tunggal retrospeksi, objeknya adalah Lim Sahih sendiri dalam bentuk dan dimensi yang berbeda. Semua lukisan itu adalah potret diri Lim Sahih dalam fakta yang berbeda. Terkahir, semua lukisan itu bukan retro-speksi, tapi alam khayali Lim Sahih dalam petualangan estetis ruang rupa.

Ruang Khayali dalam Retrosepksi Lim Sahih

Maaf, saya tidak membacanya sebagai RETROSPEKSI, tapi saya membacanya sebagai RUANG KHAYALI. Keberhasilan seorang Lim Sahih adalah membahasakan semua petualangannya dalam reka rupa cerdas yang tidak akan terbaca oleh kebanyakan pikiran orang seperti biasanya. Saya biarkan saja mereka terlarut dalam petualangan imaji tentang RETROSPEKSI, karena seorang penyaksi karya tidak boleh mengganggu petualangan khayal penyaksi lainnya.

Terakhir, terima kasih sahabat sudah mengundang kami. Kami hanya bisa memberi binalnya alam khayali kepada pemeranmu kali ini. Semoga engkau terima dengan senang hari.

Pontianak, 23 Februari 2024
Dari sahabatmu yang sampai sekarang masih berada dalam ruang khayali


Mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0898 8566 886.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar