Jual alat musik Dayak -->> Lihat Produk!

Mengintip Hakikat Perbuatan

Memahami konsekuensi perbuatan
Mengintip Hakikat Perbuatan

HAKIKAT PERBUATAN

Merenungi pembahasan Abah Kadri saat di Kantin Sudarso pada Jum'at Malam, 30 Mei 2020. Awalnya Mas Bagus berpikir, apakah keburukan itu timbul dalam hidup sebagai konsekuensi dari perbuatan kita?

Abah Kadri menjawab, iya... bahwa semua perbuatan mempunyai konsekuensi, sekalipun itu perbuatan baik. Pada satu pandangan perbuatan akan menimbulkan balasan setimpal dengan sifat perbuatannya. Sebagai contoh ketika orang mencuri, maka dia akan ditangkap dan dimasukkan dalam penjara. Seandainya perbuatannya itu tidak ketahuan sekalipun, maka dia akan terkena konsekuensi akan mengalami hal yang sama, misalnya kehilangan barangnya didunia. Jika tidak didunia maka perbuatannya akan mendapat ganjaran yang adil di akhirat nanti. Bagitu juga dengan perbuatan baik, maka akan mendapat kebaikan pula di dunia mapun di akhirat nanti, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik perbuatan sama atau kebaikan yang berbeda.

Lalu bagaimana ada perbuatan baik yang bisa mendapat konsekuensi buruk dalam kehidupan manusia?
Awalnya saya menolak, karena menurut pemahaman saya perbuatan baik yang diberikan Allah tidak akan dibalas dengan keburukan, artinya tidak ada konsekuensi buruk yang akan terjadi nantinya. Dalam hati saya terjadi pertentangan, karena kalau dipikir secara sederhana maka Allah akan nampak tidak adil, Padahal kita sudah berbuat baik. Logika umum bisa saja menimbulkan kontroversi yang mendeskreditkan keMuliaan Allah SWT. Awalnya dalam hati saya menolak apa yang diterangkan Abah Kadri. 

Saya ingat perkataan guru saya dulunyha, "bila kamu belajar atau mendapat hikmah yang belum kamu fahami atau otakmu menolaknya, maka kamu kosongkan dulu hati dan pikiranmu. Terima saja dan telan bulat-bulat perkataan gurumu itu. Kemudian kamu minta petunjuk Allah, in syaa Allah akan diberi petunjuk pada penjelasan lainnya atau pada kesempatan lainnya. Endapkan dalam hati dan i'tikatkan untuk mecari jawabannya dengan bantuan Allah. 

Fahamilah akan keadaan ketika kamu tidak sadar, sesungguhnya Allah ingin mengajar kamu dengan cara yang tidak biasa. Begitulah misteri kebaikan Allah mengajar manusia. Bagitu juga Allah ingin berbagi kebaikan kepada manusia lainnya yang terlibat dalam suatu keadaan dan perbuatan dengan dirimu. Seperti itu juga Allah ingin dikenal oleh hambaNYA. Bukankah Allah itu Maha Gaib dan Maha Indah, maka niscaya kamu akan memahami Gaibnya Allah dan Keindahan Allah dalam semua af'al dan sifatnya.

Jika kita merunut pada hukum kausalitas (sebab akibat) maka semua konsekuensi dari perbuatan akan terlihat biasa. Bahkan mungkin sudah diketahui umum dan menjadi tidak menarik lagi untuk dibahas. Cukup belajar tentang amal dan ketentuannya maka semua sudah terjawab. Kenapa hal ini bisa menjadi demikian, karena kita selalu dibiasakan berpikir dimana akhirnya pikiran kita akan sampai pada kesimpulan tentang baik dan buruk.

Kita tidak pernah berpikir babak berikutnya dari suatu kejadian. Kita dibiasakan untuk berhenti pada suatu nilai akhir baik dan buruk, padahal pelajaran yang diberikan Allah pada semua kejadian bukan hanya sampai disitu. Mengetahui hasil perenungan (tafakkur) hanya akan menyampaikan saudara pada kesimpulan baik buruk. Namun bila kita mencari makna dan hakikat kejadian dengan jalan "saling mengintip" pada diri sendiri (musyahadah) akan membawa kita pada pemahaman lebih dalam dan lebih bernilai.

Kenapa hal ini bisa terjadi, karena tatanan nilai tidak berhenti sampai pada kesimpulan baik dan buruk saja. Kanapa bisa seperti itu, penjelasannya seperti ini? Saya mencoba menjelaskan sesuai penjelasan Abah Kadri.

MEMAHAMI PERBUATAN

Memahami perbuatan yang merujuk pada konsekuensi. Kejadian ini yang akan menjadi bahan bahasan untuk memahami baik buruk dari penilaian pikiran dan hati insan. Rasulullah pernah berpesan yang kira-kira redaksinya seperti ini, "Waspadalah pada kejahatan orang yang engkau baiki (berbuat baik kepadanya), karena sakitnya luar biasa. Maksudnya seperti ini. Ketika kita berbuat baik, maka secara seperti biasanya pikiran kita akan menarik suatu asumsi akhir, baik atau buruk. Namun hasil akhir itu cenderung diperlihatkan berbanding lurus dengan perbuatan. Kalau kamu berbuat baik, hasilnya akan baik. Begitu juga kalau kamu berbuat buruk maka hasilnya akan buruk.

Sebenarnya ada juga konsekuensi keburukan dari perbuatan baik. Hal inilah yang jarang kita disadari manusia dalam memahami kebenaran. Ketika kamu berbuat baik, maka perbuatan itu akan tertanam di ingatan kita. Misal ketika kita berbuat baik kepada kawan, seperti memberi bantuan dalam bentuk apapun maka seorang hamba akan cenderung mengingat perbuatan itu. Walau itu juga kita bilang ikhlas.

Setelah sekian lama, ternyata kawan itu berbuat jahat, khianat, dzolim terhadap kita, maka cenderung kita akan mengingat kebaikan kita lalu membandingkan dengan perbuatan kawan tersebut. Akhirnya kita sakit hati lalu keluarlah berbagai umpatan dan caci maki dari yang bernada sedih penyesalan sampai pada doa yang maksudnya melaknat perbuatan kawan kita itu. Bahkan kita tega memutus silaturrahmi kepadanya. Saat itu kita sudah berprasangka buruk karena membandingkan kebenaran terhadap perlakuan buruk kawan kita. Padahal kejadiannya tidak seperti itu... Mari kita memusyahadah perbuatan kita. 

Mengintip perbuatan diri seorang hamba

Ketika kamu mengingat perbuatan baik kepada kawan kamu, lalu kamu menyatakan ikhlas pada perbuatan itu maka cenderung pikiran kita akan mengingat kebaikan tersebut. Bahaya dari kita mengingat kebaikan, bisa saja kita tergelincir untuk mengungkitnya. Bukankah Allah menghendaki kita tidak mengingat kebaikan yang kita lakukan, karena pada dasarnya kita tidak mempunyai kemampuan untuk berbuat baik kecuali dengan Rahmat Allah? Kita diberi Allah kesempatan dan kekuatan untuk berbuat baik, kita diberi ilmunya dan sadar baik itu diRidhai Allah, dan kita tulus karena hati kita diringankan Allah untuk memberi dengan Sifat Kasih Sayang Allah SWT. Kita tidak berharap balasan apapun (ikhlas) karena Allah juga yang berbuat demikian kepada hati kita. Lalu, Adakah perbuatan manusia yang bisa dijadikan landasan untuk mengakui kalau kita yang berbuat baik?

Katika kamu disakiti kawan kamu, maka kamu cenderung mengingat perbuatan baik yang pernah kamu berikan kepada kawan tersebut. Kamu akan menanyakan, “kenapa perbuatan baik aku dibalas kejahatan oleh kawan? Kenapa kawan tega seperti itu? Akhirnya kamu akan mempertanyakan “keadilan” kapada Allah. Lalu kamu meminta Allah untuk membalas perbuatan kawan kamu bersandar pada hadist bahwa doa orang yang teraniaya itu akan dikabulkan.

Awas saudaraku… jangan sampai tergelincir dalam kekeliruan memahami hadist. Bukankah Allah yang menentukan baik buruknya seseorang berdasarkan Qadhar Allah? Lalu menurunkan tuntunan berupa Qur’an dan Hadist untuk menuju ridha Ilahi? Ketika Rasulullah SAW berdoa dalam Qunut Nazilah untuk orang-orang yang membunuh para penghapal Qur’an dizamannya, maka Allah menjawab bahwa Allah yang berhak memutuskan baik buruknya seseorang dan menghukumnya. Sedang Rasulullah hanya diperintah untuk memberi peringatan kepada umat manusia. Akhirnya Rasulullah SAW mengganti Qunut Nazilah dengan doa kebaikan dan menyerahkannya kepada Allah SWT.

Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena kamu sudah mengakui bahwa perbuatan baik itu adalah hasil perbuatan kamu dan cenderung meminta pamrih walau tidak kamu sadari. Kemudian tanpa sadar sebenarnya kamu berharap kepada kawan bahwa dia juga harus baik kepada kamu. Padahal yang namanya ikhlas tidak berharap apapun, walau berharap akan kebaikan makhluk sekalipun.

Sampai disini akhirnya kamu terjebak dalam sangka bahwa kamu sudah mengaku kalau perbuatan baik itu hasil dari usahamu sendiri, bukan Rahmat Allah SWT. Sampai disini juga kamu sudah tergelincir menjadi orang yang lebih jahat dari kawan kamu sendiri, karena merasa benar, merasa paling berhak untuk menerima kebenaran dari Allah. Artinya kamu sedah menilai kawan kamu buruk atau tidak seperti yang diharapkan. Sangkamu akan muncul dan mulai mengakui kalau kamulah yang lebih baik. Bisa saja bukan hal ini menyebabkan kamu sombong dan tidak terima keputusan Allah dalam semua perbuatan dan kejadian. Mohon maaf sebelumnya, kalau boleh saya mempertanyakan, apa bedanya kita dengan iblis kalau sudah begini.

Ingat… Tidak ada kawan kamu yang buruk, namun pikiran kamulah yang buruk terhadap kawan kamu. Sampai kamu lupa lalu berburuk sangka kepada kawan karena halusnya pamrih yang menyelinap masuk kedalam hatimu tanpa kamu sadari. Akhirnya kita lupa akan nikmat dan keadilan Allah, lalu terjerumus dalam ke-aku-an yang seharus tidak ada pada diri orang yang belajar dan memahami makrifat. Apakah demikian yang kita fahami setelah belajar ilmu? Apakah Allah berkehendak demikian? Tentunya tidak wahai saudaraku.

Ketika kamu berbuat baik lalu kamu ingat itu adalah kebaikan dan mengharap balasan kebaikan pula, maka saat itulah kamu tergelincir pada tipuan logika. Memang tidak ada salahnya kalau kamu berharap kebaikan akan perbuatan kamu. Namun kalau kita memahami hakikat ke-Ikhlas-an, maka kita akan sadar, bahwa ikhlas itu tidak berharap apa-apa. Bahkan ikhlas itu menganggap bahwa kebaikan itu karena Allah, artinya karena Allah yang Memberi Petunjuk dan IlmuNYA, karena Allah menempatkan kita dalam kebaikan dan melibatkan orang lain dalam kebaikan kamu agar orang lain mempunyai arti dalam kehidupan, sampai Allah jua yang menakdirkan kamu berada dalam kebaikan itu.

Mohon maaf sebelumnya, ada orang berharap pahala agar masuk surga dan minta dijauhkan dari dosa karena takut neraka. Itu tidak salah, hanya saja itu umum dalam takaran biasa karena Allah tidak memberatkan hambanya. Berbeda ketika Allah memberi nikmat hakikat kepada seorang hamba. Maka Allah akan melihat hatimu, seberapa jauh kamu memahami dengan jalan musyahadah, seberapa jauh kamu menghilangkan ke-aku-an dalam semua perbuatan, sampai berapa ikhlas hatimu untuk memahami dengan petunjuk Allah menuju cinta sejati, sehingga tampak Allah dalam kesempurnaan Af’al dan Sifat-sifatNYA.

Fahamilah, bahwa sesungguhnya Allah menguji hati orang yang beriman dalam semua perbuatan, pikiran, dan kecenderungan hatinya. Jangan pernah menyangka kamu yang berbuat kebaikan dan mengakui atas kekuatan kamu sendiri. Jangan sampai kufur nikmat karena sesatnya pemikiran. Ingat pemikiran kamu itulah yang akan bisa menipumu jika kamu melibatkan nafsu didalamnya. Pikiran kamu terhadap kejadian di dunia inilah yang bisa menyesatkan kamu dalam kamuflase ketaatan. Sampai kamu mengakui merasa paling benar atas kepintaran kamu. Saat itulah kamu sudah merampas Sifat Allah. Bukankah Allah mengatakan Al Alima Indallah, tidak ada ilmu atau kefahaman kecuali dari Allah.

Sadarilah… kita tidak mempunyai kepintaran karena ilmu dari Allah. Kita tidak mempunyai kekuatan memahami kejadian kecuali yang Allah terangkan. Dan kita tidak mempunyai kelebihan kecuali yang Allah berikan. Ternyata kita tidak memiliki apa-apa dan bukan siapa-siapa. Sampai kamu merasa dicukupkan dengan menyerahkan hatimu kepadaNYA, maka Esalah Allah dengan sebenarnya.

KESIMPULAN

Buang ke-aku-an diri dalam semua perbuatan, apalagi mengingatnya. Karena pada hakikatnya “Tidak bergerak sebiji jarrahpun, kecuali atas Izin Allah”. Maka tidak layak manusia mengakui perbuatannya, dan baik buruk adalah ketentuan dari Allah. Maka mintalah petunjukNYA, sehingga kamu menyaksikan Kebesaran Allah dan nampaklah Af’al Allah dalam kehidupan kamu sendiri. Hingga kamu tidak mempunyai hak lagi untuk menilai dan semua kamu pasrahkan kepada Allah semata.

Abah Kadri mengatakan, jangan menggunakan akal. Perkataan Abah ini harus dipandang secara maknawi bukan dijabarkan secara hissi, artinya jangan mengingat dan mengakui kalau kamu yang berbuat kebaikan. Karena otakmu tidak sanggup mencerna Allah itu sendiri, namun kamu akan diberi petunjuk kalau kamu Ikhlas dan Tawakkal, serta yakin akan Keberadaan Allah itu dalam kehidupan kamu. 

Jangan berharap pada dunia, karena sungguh dia adalah tipuan belaka. Tipuan itu terletak pada pikiran dan sangka kamu sendiri yang akan membuat kamu mengira dunia akan memberikan kemudahan untuk menuju akhirat, namun dia juga akan menipumu sampai untuk taat sekalipun. Hingga kamu menyangka taat itulah yang akan menyelamatkan, padahal tidak demikian adanya. Jangan sampai tergelincir dari pengakuan akan taat itu sendiri. Namun taatlah dengan keikhlasan sesungguhnya. Ingat tipuan itu sebenarnya bukan pada dunianya, tapi pada pikiran dan sangka kamu.

Allah memandang hati seorang hamba, maka serahkan saja hatimu sepenuhnya kepada Allah SWT, karena DIA lah yang menciptakan dan menentukan segalanya. Semoga Allah menerangi hatimu dengan cahaya ilmu makrifat. Semoga Allah akan membukakan jalan ikhlas kepadamu, maka perbanyaklah lapar (berpuasa hati, pikiran dan perbuatan), kurang tidur (banyak mendekat kepada Allah disertai dengan musyahadah), banyak merenung (berpikir akan diri yang penuh kehinaan dan kekurangan) untuk ibadah jahir dan batin kamu, semoga dengan itu Allah akan membersihkan hati dan ragamu untuk bisa menerima Kalam kebesaran Allah. Semoga dengan itu dibukakan Allah Hijab dan dianugerahi Cinta Hakiki. Semoga Allah ridha kepada kita semua. Amin Allahumma amin.

Tambahan

Jangan lupa banyakin ngobrol dengan Allah. Dengan begitu kamu akan selalu menempatkan perhatian kepada Allah. Ingat Allah itu pencemburu, bahkan dengan anak, istri, dan orang tuamu sekalipun.

Akhir Tulisan

Mohon maaf kalau tulisan ini banyak kekurangan. Saya yakin Allah akan melengkapinya melalui hikmah kepada kita semua walau dalam bentuk dan pemahaman yang berbeda. Sehingga Allah ridha untuk menampakkan KEINDAHAN dan KESEMPURNAANNYA dalam kehidupan sesungguhnya.

Terima kasih untuk Abah Kadri Isa yang ikhlas mengajar saya dan saudaraku semua tentang jalan kebajikan untuk sadar akan hakikat diri dan mengenal Allah SWT. Mohon maaf dan mohon ikhlaskan segala perbuatan kami yang terlalu konyol dan dungu ini. Semoga dengan kekonyolan dan kedunguan yang disadarkan, Allah tersenyum dan mau membukakan Hijab untuk memandang ke Indahan dan Kesempurnaannya dengan cinta sejati. Terima kasih Abah Kadri, kami mencintaimu.

Mau beli alat musik Dayak Kalimantan?

LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.

About the Author

Saya Ferdinan, S.Sn. dipanggil Mbah Dinan. Saya komposer dan peneliti independen budaya musik Dayak kalimantan Barat. Bekerja di Taman Budaya Kalbar dan masih aktif memberi pelatihan seni musik pada komunitas dan instansi pemerintah di Kalimatan Bar…

إرسال تعليق

Tinggalkan komentar anda
Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.