Sementara Waktu Terus Berlalu Skip to main content

Sementara Waktu Terus Berlalu

merenungi waktu

Waktu Terus Berlalu

Aku sekarang berada di sudut ruang hening dengan segelas kopi. Kepulan asap rokokku yang ke 36 mulai menampakkan keraguan. Aku buka HP dan terlalu banyak ucapan SELAMAT TAHUN BARU. Yah… di sudut ruang usangnya waktu dengan nama tahun baru.

Di sudut ruang hidup yang semakin kumuh untuk kuintip melalui celah keangkuhan. Masih saja, dan terus saja aku tutupi dengan segala kemunafikan. Lalu hati kecilku bertanya, sampai kapan? Sementara waktu terus berlalu.

Kembali aku melihat waktu. Perlahan kujajarkan sejarah usang perjalanan. Wajah kembara terlalu lelah dan terlihat semakin renta. Sementara waktu tidak mau kompromi, terus beranjak meninggalkan cibir penghinaan pada kembara panjangku. Dia menganggap aku kalah dalam pertarungan melawan nafsu. Sejenak kulihat lagi catatan perjalanan itu.

Wajahnya buram, pucat, tertunduk dalam lelah menanggung beban kehidupan yang selama ini disajikan bersama kebodohan. Itulah perjalanan masa lalu, yang panjang, yang usang, yang kelam, dan terhempas dalam luasnya lautan dosa. Lalu, sampai kapan kita katakan baru? Sementara waktu terus berlalu.

Aku masih sendiri di sini, diruang pengap jiwaku. Aku mulai membuka kartu-kartu sejarah. Kartu pertama bercerita banyak tentang keangkuhan dan kemunafikan. Kartu kedua terlalu banyak kesombongan dan dosa. Kartu ketiga menjadi pahlawan yang sebenarnya adalah pecundang. Itulah sejarah yang kulalui dengan dalih pengorbanan.

Terlalu banyak kepalsuan dalam mencari popularitas bersama ke-aku-an. Itulah perjuangan hidup namun sebenarnya tertipu oleh panggung kepalsuan. Itulah ego yang dibalut kebodohan, namun begitu bangganya diakui sebagai kesuksesan. Ketika kulihat kartu ke empat, aku takut membukanya. Karena aku yakin itu adalah aib yang selama ini aku sembunyikan. Sementara waktu terus berlalu.

waktu kembali menyapa dengan wajah kepalsuan baru. Sementara aku tau nafsu bersembunyi dibalik dindingnya. Dia tersenyum sambil menyodorkan kesenangan yang membuai dalam kealpaan. Nafsu berkata. “nikmatilah segala kesenangan, karena ditahun baru ini perjalanan hidupmu masih panjang. Satu hal yang harus kau fahami,

Hidup itu adalah perjuangan yang didalamnya terdapat orang-orang yang berjuang dan ingin diperjuangkan. Jadilah pahlawan bagi mereka seperti masa lalumu wahai manusia yang terdiam.” Begitulah petuah bijak yang bernama waktu. 

Waktu memang selalu begitu, dan akan terus begitu. Sampai kamu tanpa sadar tertipu bersama kebodohan. Karena dia sebenarnya wajah nafsu yang selalu terselip dalam kantong jiwa, tentunya bersama kebodohan. Yah… kebodohan. Sementara waktu terus berlalu.

Ketika kuhisap rokok ke 37, aku mulai melihat diriku sesungguhnya. Aku ketakutan dengan rupa dosa yang selama ini menyelimuti hidup dan perjalananku. Aku terpojok di sudut ruang yang semakin pengap dan merasa tertipu dengan dunia. Sementara waktu terus tersenyum dengan liciknya. Tiba-tiba ku dengar suara azan subuh, lirih bahkan terlalu lirih.

Disitu mulai aku sadari, aku harus pergi. Aku harus meninggalkan segala kebodohan dan asa yang penuh kesombongan. Yah, kesombongan karena kebodohan. Sementara waktu terus berlalu.
Bersambung ke artikel Meninggalkan Waktu
Sumber foto ;Titik Fokus
Mau beli alat musik Dayak Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0811 5686 886.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar