Ketika Kejujuran Seniman Dipertanyakan Skip to main content

Ketika Kejujuran Seniman Dipertanyakan

Ketika Kejujuran Seniman Dipertanyakan

Modernisasi Opini Musik Tradisi

Musik Tradisi - Satu hal yang selama ini tidak kita sadari, adalah cara pandang para penggiat budaya daerah terhadap modernitas. Kebanyakan kita keliru menafsirkan modernitas akhirnya berimbas pada ketidak tepatan menggunakan daya dukung material moderniasai dalam perkembangan musik daerah. Kita salah dalam memanfaatkan teknologi. Terlebih lagi kita tidak memaksimalkan keilmuan yang kita miliki untuk membawanya sebagai pendukung perkembangan kesenian daerah. Hal ini karena awalnya kita salah menafsir perkembangan diera globalisasi.

Banyak penggiat kesenian daerah memandang modern itu harus mencakup keseluruhan dalam pengembangan. baik dalam penggunaan alat, bentuk, dan nuansa baru yang kita anggap modern. Lalu segala ide pengembangan juga harus modern. Kita memaksa untuk memasukkan bentuk baru dalam musik tradisi dengan alasan eksplorasi. Saking barunya unsur penciptaan musik akhirnya menghilangkan ciri khas kedaerahannya. Kita tidak mengenal lagi musik Dayak dalam modernisasi budaya kita sendiri.

Ada yang bilang seniman harus bekerja total untuk memasukkan kebudayaan daerah dalam perkembangan di era global seperti sekarang ini. Saya tidak menampik kalau kebudayaan daerah itu harus berkembang. Bahkan budaya yang dinamis harus bisa berkembang sesuai zaman. Namun perlu juga diingat kalau perkembangan itu tidak harus menghilangkan ciri khas kedaerahan. Bahkan ciri kedaerahan itu bisa saja menjadi patokan utama pengembangan untuk memperkuat nilai budaya. Misalkan musik jonggan, tidak harus juga kita menggantikan dengan jongset (jonggan kaset) atau musik midi dari keyboard dan menghilangkan alat musik tradisionalnya. Bisa saja kita kolaborasikan antara keduanya. Jika hanya karena alasan kendala mahal dan tidak efesien, maka satu hal yang harus disadari, bahwa modernitas itu juga mahal. Namun kreatifitas seniman bisa saja membuatnya mungkin dan meruntuhkan angka-angka.

Meluruskan Persepsi Tentang Perkembangan Musik Tradisi

Perkembangan musik tradisional Dayak dalam ranah kreasi akan berbicara kebaruan. Maka kebanyakan penggiat musik tradisi ketika ingin berkreasi memasukkan tabuhan baru. Fenomena yang terjadi banyak penata musik Dayak kebingungan ketika ditanya musik Dayak dari mana. Bahkan banyak juga pemusik daerah tidak mengetahui jenis musik (tabuhan tradisional) daerahnya.

Kenyataan pahit sekaligus naif ketika kita bicarakan perkembangan musik tradisi, namun kita tidak mengerti jejak musik tradisi itu sendiri. Akhirnya banyak musisi membuat musik baru yang tidak terkait sama sekali dengan tradisi, pakai alat musik Dayak lalu mengatakan musik kreasi Dayak. Pertanyaannya, musik Dayak yang mana?. Dari sinilah dusta seorang musisi mulai dilakukan. Ketika nuansa kedaerahan juga ikut hilang, maka sebenarnya kita bukan mengembangkan, tapi mematikan musik tradisi itu sendiri.
Ketika Kejujuran Seniman Dipertanyakan
Saya bukan menolak perkembangan. Saya juga tidak menampik harus ada pembaruan (modernisasi) dalam perkembangan. Namun kita juga harus bijak ketika memilih musik tradisi sebagai idiom pengembangan. Salah persepsi akan membawa pada kesalahan pemanfaatan teknologi yang bisa menghancurkan perkembangan dan eksistensinya. Sekalipun kamu membawa musik tradisi pada ranah kontemporer, itu bisa saja tidak menghilangkan ciri khas kedaerahan atau nuansa tradisinya. Hal ini sudah dibuktikan oleh kelompok Balaan Tuman Pontianak. Mereka mengangkat musik tradisi dalam ranah kontemporer namun tidak menghilangkan ciri dan nuansa kedaerahannya.

Kejujuran seorang seniman

Seorang seniman itu jujur dan mengangkat kejujuran dalam karyanya. Jangan beralasan pengembangan musik tradisi tanpa landasan. Jika kamu membuat musik kreasi Dayak  untuk kebutuhan lagu maupun iringan tari, jangan kamu bilang bahwa ini musik Dayak kreasi. Sementara kamu tidak mengetahui asal usulnya, maka akan terlihat aneh jika bicara tentang musik Dayak tapi tidak tau materi yang dibicarakan.

Bagaimanapun pengembangan musik tradisi harus berangkat dari apa yang menjadi dasarnya. Misalnya ketika membuat musik Dayak suatu daerah, sebaiknya kamu mengetahui dulu bagaimana musik aslinyaa. Kalau bisa sampai mengetahui fungsi dan makna filosifis musik tersebut menurut budaya masyarakat pemiliknya. Dengan begitu kamu sudah mempunyai pondasi kuat untuk membawa keranah kreasi.

Fenomena modernisasi musik tradisi juga terjadi dalam maraknya musik sape di Kalimantan Barat. Kita bisa merasa lega karena pelestarian akan terus berlanjut dan bisa menyesuaikan perkembangan zaman. Namun pada sisi lain, saya juga khawatir ketika banyak musisi sape yang tidak tau dengan permainan musik tradisi sebenarnya.

Ketika saya dengarkan permainan musik sape banyak musisi Kalbar, sedikit sekali rasa kedaerahan itu muncul. Akhirnya saya menangkap kebanyakan orang hanya bermain alat musik sape, bukan bermain musik sape. Berbeda antara kamu memainkan musik sape dengan bermain alat musik sape. Kalau kamu bermain alat musik sape bisa saja sampai menggunakan teknik tapping atau bermain dengan arpegio. Namun ketika kamu bermain musik sape sesungguhnya itu berkaitan erat dengan musik tradisinya, seperti motif, teknis petik, sampai interpretasi lagu yang dimainkan.

Saya tidak menyepelekan skill pemain sape daerah, namun saya hanya mengkritisi kesalahan persepsi mengenai musik sape. Banyak yang menganggap tabuhan tradisi musik sape itu tidak terlalu penting. Yang penting jago gitar lalu diterapkan pada sape. Sebagian pendapat ini ada benarnya. Namun yang lebih penting adalah tabuh tradisinya, karena dengan itu kamu bisa berkreasi tanpa menghilangkan ciri kedaerahannya. Kalau ada anggapan tradisinya tidak penting, kenapa enggak dimainkan langsung pada gitar saja? jangan sampai permainan sape dengan gitar lebih terasa kedaerahannya dibanding ketika dimainkan dengan sape. Sungguh sebuah pembalikan fakta yang lucu bukan?

Musisi sape tidak harus menghilangkan ciri khas permainannya. Karena itu yang membedakan dengan orang bermain gitar. Anda bisa saja bebas berkreasi dengan sape, bahkan sampai memainkan lagu pop barat sekalipun. Itu sudah dibuktikan Fery Sape dan membawanya sampai keluar negeri. Dia membawa pengembangan sape secara modern namun tidak menghilangkan ciri tabuhan dan nuansa kedaerahannya. Jadi ketika dimainkan, audience masih benar-benar bisa merasakan rasa kedaerahannya (teste of Kalimantan).

Penggalian untuk Modal Pengkaryaan

Menggali musik asli dari daerah masing-masing itu perlu dilakukan oleh seniman sebagai modal dalam berkarya. Seniman juga bebas menuangkan ide, oleh karena itu seniman perlu mengetahui tabuhan asli daerahnya. Kalau seniman bingung menerapkan tabuhan asli dalam karyanya, minimal nuansa kedaerahan jangan sampai hilang.

Jika ada seniman mengatakan tidak mengetahui tabuhan tradisi atau mengatakan musik didaerahnya sudah tidak ada lagi, saya meragukan itu. Saya yakin masih banyak musik Dayak di daerah masing-masing, tinggal kamu mau atau tidak saja menggalinya. Tinggal rajin atau malas saja mempelajarinya. Lebih baik tau sedikit musik tradisi dengan pemahaman yang benar dari pada berdusta ketika kamu membawanya dalam ranah modernisasi zaman. Itulah sifat asli pengkaryaan.

Apapun kebebasan berkarya dalam musik Dayak itu sah-sah saja dan hak semua komposer. Namun kejujuran akan dilihat dari hasil akhir sebuah karya. Maka bijaklah dalam berkreasi dan jujurlah dalam berkarya. Agar jangan menyakiti kalbu tradisimu dan tidak ada eksploitasi dalam pengembangannya. Kita yakin kalau kita bisa tanpa harus tersesat dalam dunia persepsi. Jangan disesatkan modernisasi zaman, karena itu semua berawal dari bijaknya kita mempersepsi perkembangan peradaban.
Mau beli alat musik Kalimantan?
LIHAT ALAT MUSIK DAYAK
Hubungi Admin: 0898 8566 886.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar